Recent Posts

Arti Hadir Seorang Anak

Kamis, 20 September 2018

Tentang keluarga, coba rasakan andai kata sebuah rumah dengan mobilnya lima, pembantu 3 orang dengan gaji masing-masing 5 juta setiap bulan. Namun, rumah tersebut tidak ada anak kecil yang senantiasa mau meng-obrak-abrik perabotan, tidak ada tangisan bayi, bahkan tidak ada yang panggil salam ketika anak berangkat dan pulang sekolah, serta taka ada anak yang mau berbagi cerita dengan seorang mama. Apakah seperti ini yang Sahabat Zawaya maksudkan sebagai ‘Baiti Jannati’?
Tentu tidak bukan? Nah, kadang anak kecil yang berantem karena mainan di rumah lebih bermakna ketimbang ramainya pembantu dan clint/mitra usaha. Tangisan dan kegaduhan anak kecil lebih membuat kita rindu dibanding rumah dengan sejuta asset dan sekian investasi.
Kenapa Sahabat Zawaya harus memikirkan tentang regenerasi? Investasi bisa berbentuk uang, reputasi bisa berbentuk ketenaran, namun kedua-duanya masih tidak lebih mebanggakan dibandingkan anak soleh, ketika dia bersama kita mau menghapus segala keluh dan letih, bahkan ketika dia tidak di rumah kepergiannya diikuti oleh segala keceriaan yang ada di segala isi rumah.
Dengan anak yang qurrota a’yun (penyejuk mata), segala kebahagiaan didapat, kebahagiaan di dunia, bahkan di akhirat. Kenapa tidak, ketika dia tumbuh dengan prestasinya kita akan ikut bangga. Anak soleh-pun tidak pernah membuat orang tuanya meminta, dia memberi sebelum ditanya.
Bahkan, pemilik peradaban dunia sekalipun pada akhirnya akan sirna, namun segala jasanya akan senantiasa abadi dengan abadinya keturunan. Maka tak heran dalam hadits ke 2682, Imam Muslim meriwayatkan tentang investasi yang abadi dan terus berafiliasi, yaitu sodaqoh jariah, ilmu yang diamalkan, dan anak soleh yang mendoakan orang tuanya.
Apakah Sahabat Zawaya sudah terfikirkan, bagaimana agar ketika kita meninggal dunia, akan ada seribu orang yang pahala ibadahnya mengalir pada kita, caranya : Barang siapa yang memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia memperoleh pahala sama seperti yang orang tersebut lakukan (HR. Muslim 1893).
Asumisnya, jika kita punya 3 orang anak soleh-solehah, mereka akan melahirkan dan menjadi kakek-nenek dari sekian keturunannya, dan di antara keturunannya ada yang menjadi guru pendidik yang mengajarkan kebaikan. Ada berapa investasi akhirat yang akan kita petik higga nanti, hingga kita mati sekalipun.
Sering ada yang takut; menunda hamil karena income belum maksimal, belanja masih terlalu besar, belum melunasi hutang, belum punya rumah. Pertanyaannya adalah, apakah waktu itu segala ketakutannya lantas bisa diatasi dengan tidak adanya anak? Apakah ketika kita aborsi semua beban ikut gugur bersama nyawa yang telah kita dzolimi? Justru beban sering bertambah.
Jika pertanyaan ini kurang mari Sahabat Zawaya bertanya ulang pada diri masing-masing. Apakah saat kecil hingga dewasa kehidupan orang tua kita makin menderita atau makin mudah, makin susah atau bertambah lapang. Jika jawabannya inshallah terbalik, justru orang tua kita makin nyaman dengan segala kondisinya, kebahagiaannya sudah berubah, tidak lagi bertumpu pada materi dan reputasi, bahkan kebahagiaan mereka mulai sederhana dan tercukupi hanya dengan melihat senyum pada bibir anak-anaknya. Hal ini ketika dia menjadi ayah, lebih sempurna lagi kebahagiannya manakala dia sudah menjadi kakek-nenek. Dia tidak lagi membahas karir dan ekonomi, bahkan dia hanya ingin mendengar kabar indah yang akan diceritakan oleh anak-anaknya, lebih membahagiakan lagi ketika kabar indah itu tentang cucunya yang berebut boneka, cucunya menangis karena melihat saudaranya yang disakiti oleh balita seusianya.
Bahkan ada banyak cerita yang bisa Sahabat Zawaya dengarkan tentang keturunan yang menyemai keindahan, ramainya anggota keluarga yang menuai ketentraman. Mari berinvestasi untuk kebutuhan dunia, juga akhirat kita.
Oleh: Zawaya Halim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar