Pertama, mari Sahabat Zawaya bahas apa itu kecewa?
Kecewa adalah kenyataan yang tidak berbanding lurus dengan harapan. Kadang kita ingin merah, nyatanya memperoleh hijau dst.
Kecewa adalah kenyataan yang tidak berbanding lurus dengan harapan. Kadang kita ingin merah, nyatanya memperoleh hijau dst.
Kedua, kenapa ada kecewa?
Nah, hal ini yang sering kita gagal faham. Coba bayangkan, apa yang akan terjadi jika:
1. Kita akan mendapatkan musibah, kenyataan yang terjadi justru adalah nikmat dan berkah. Bagaimana perasaan Sahabat Zawaya?
2. Kita membayangkan akan tercapai apa yang sangat diharapkan sedari lama, nyatanya kita malah tidak mendapat apa-apa.
Fakta pertama Sahabat Zawaya pasti akan sangat senang, dan fakta kedua sebaliknya, ini yang dikatakan kecewa. Dan yang terpenting, ada kecewa karena dalam benak kita ada harapan.
Semakin sedikit harapan kita, semakin sedikit pula tingkat kecewanya.
Apakah salah ketika seseorang memikiki cinta dan harapan? Tidak!!!
Yang salah adalah kepada siapa kita berharap, dan karena apa harapan itu muncul?
Andai seseorang mencintai Dzat swt yang maha menepati janji, maka hambanya pun akan dipenuhi hasratnya, termasuk hasrat mencintai sesama makhluq.
Harapan yang muncul karena unsur materi, paras, bahkan ketenaran, sekalipun tercapai pada akhirnya akan sirna bersama yang diharapkannya.
Tapi, cinta dan harap, bahkan upaya yang karena Allah SWT, tak akan pernah sirna dan hilang, apalagi berujung kecewa. Karena harapan dan cinta yang karena dan untuk Allah, senantiasa abadi bersamaNya.
Nah, hal ini yang sering kita gagal faham. Coba bayangkan, apa yang akan terjadi jika:
1. Kita akan mendapatkan musibah, kenyataan yang terjadi justru adalah nikmat dan berkah. Bagaimana perasaan Sahabat Zawaya?
2. Kita membayangkan akan tercapai apa yang sangat diharapkan sedari lama, nyatanya kita malah tidak mendapat apa-apa.
Fakta pertama Sahabat Zawaya pasti akan sangat senang, dan fakta kedua sebaliknya, ini yang dikatakan kecewa. Dan yang terpenting, ada kecewa karena dalam benak kita ada harapan.
Semakin sedikit harapan kita, semakin sedikit pula tingkat kecewanya.
Apakah salah ketika seseorang memikiki cinta dan harapan? Tidak!!!
Yang salah adalah kepada siapa kita berharap, dan karena apa harapan itu muncul?
Andai seseorang mencintai Dzat swt yang maha menepati janji, maka hambanya pun akan dipenuhi hasratnya, termasuk hasrat mencintai sesama makhluq.
Harapan yang muncul karena unsur materi, paras, bahkan ketenaran, sekalipun tercapai pada akhirnya akan sirna bersama yang diharapkannya.
Tapi, cinta dan harap, bahkan upaya yang karena Allah SWT, tak akan pernah sirna dan hilang, apalagi berujung kecewa. Karena harapan dan cinta yang karena dan untuk Allah, senantiasa abadi bersamaNya.
Oleh: Zawaya Halim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar